SRC:www.antaranews.com
Komplek Balai Pemuda, Surabaya. (FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat)
"Sebenarnya kami mematok target omzet pasar seni lukis selama 11 hari bisa mencapai Rp2,5 miliar, tapi nyatanya tidak sampai. Kalau tahun 2011, omzetnya mencapai Rp1,9 miliar," ujar Ketua Panitia Pasar Seni Lukis Indonesia 2012, M. Anis, kepada wartawan di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, tidak tercapainya target omzet disebabkan beberapa hal, antara lain tidak lepas dari lesunya perekonomian akibat gonjang-ganjing rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa bulan lalu.
"Tentu hal itu sangat berpengaruh terhadap perekonomian di masyarakat. Apalagi lukisan itu adalah sebuah kebutuhan sekunder dan tidak semua orang membeli," ucapnya.
Namun, ia mengakui dalam Pasar Seni Lukis Indonesia kali ini, bermunculan seniman-seniman lukis baru dan mengikutsertakan karyanya. Anis juga mengungkapkan kepuasannya bisa sukses menggelar kegiatan tahunan ini.
Dari sekitar 6.000-an lukisan, ada satu lukisan yang dipatok dengan harga paling mahal, yakni sebuah lukisan perjamuan bergambar wayang berukuran 3x1,2 meter, seharga Rp200 juta milik seorang pelukis asal Semarang.
"Tapi tidak terjual karena pembeli menawarkan harga jauh di bawahnya. Bahkan sempat ada yang menawar Rp70 juta, namun tidak diberikan," ungkap Anis.
Dalam kegiatan kali kelima ini, total sebanyak 157 stan yang mengikuti, atau berbeda dengan tahun lalu yang mencapai 164 stan. Hal ini merupakan pengaruh dari terbakarnya gedung utama Balai Pemuda yang sampai saat ini masih belum direnovasi.
Anis berharap, pada gelaran Pasar Seni Lukis Indonesia 2013, semakin banyak pelukis yang ikut menjadi peserta dan menunjukkan karya-karyanya. Mendatang, acara seperti ini tetap digelar Mei dan sebagai bagian dari peringatan HUT Kota Surabaya.
"Even ini sudah masuk agenda pelukis setiap tahunnya dan sifatnya reguler. Tidak mungkin kami mengadakan di luar Surabaya. Even ini juga bukan semata-mata berdagang, tapi banyak masyarakat yang mengapresiasi dan menjadi wadah pembelajaran para siswa serta mahasiswa," paparnya.
Dari 157 stan, terbanyak berasal dari pelukis Jawa Timur yang memiliki hingga 40 stan, diikuti Semarang dengan 30 stan. Sisanya berasal dari banyak daerah di dalam maupun luar Pulau Jawa.
Salah satu pelukis asal Semarang, Daniel Catur, mengaku baru pertama kali mengikuti kegiatan ini. Kendati begitu, ia sangat mengapresiasi dan bersyukur bisa ambil bagian.
"Saya kadang juga ikut di tempat lain, tapi di Surabaya paling berkesan. Selain pengunjung banyak, minat masyarakat terhadap lukisan sangat tinggi. Tahun depan semoga saya kembali," ucap seniman yang memamerkan lukisan selembar uang kertas tersebut.
(ANT-165/C004)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment