SRC:www.antaranews.com
Ilustrasi (ANTARA News/Lukisatrio)
"Dengan sistem robot segalanya menjadi lebih cepat dan murah, karena lebih efisien dan efektif," kata Kepala Bidang Mekatronik LIPI Estiko Rijanto dalam seminar logistik internasional di Jakarta, Selasa.
Estiko mencontohkan, penggunaan teknologi canggih terbaru dalam sistem logistik China membuat harga komoditas di negara itu sangat murah dan bisa bersaing di tingkat global.
Sementara sistem logistik di Indonesia yang tak efisien, menurut Kepala LIPI Prof. Lukman Hakim, telah menyebabkan kesenjangan harga yang tidak wajar dan membuat komoditas impor lebih murah dibanding produk lokal.
"Contohnya, jeruk impor China lebih murah daripada harga jeruk dalam negeri. Bagaimana mungkin Indonesia bisa bersaing di pasar global maupun dalam negeri jika harga berbagai produknya mahal. Dan semua itu berawal dari sistem logistik yang tidak efisien," katanya.
Data statistik menunjukkan, biaya logistik di Indonesia termasuk yang tertinggi di ASEAN, yakni sebesar 27 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Idealnya biaya logistik di dalam negeri tidak melebihi 15 persen dari PDB.
Menteri Riset dan Teknologi Prof. Gusti Muhammad Hatta mengatakan, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No 26/2012 tentang cetak biru pengembangan sistem logistik nasional untuk menurunkan biaya logistik dan mengurangi ketidakpastian dalam kegiatan ekonomi.
"Yang perlu diperbaiki untuk menunjang berjalannya sistem ini yakni pembangunan infrastruktur, seperti pelabuhan laut internasional, jalan kereta api, bandara, jalan dan jembatan, hingga aspek lainnya seperti teknologi," katanya.
LIPI mendukung penerapan cetak biru tersebut dengan mengembangkan teknologi mekatronik serta teknologi informasi dan komunikasi yang sesuai kebutuhan sistem logistik nasional.(D009)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment