SRC:www.antaranews.com
Baghdad (ANTARA News) - Empat orang tewas dan 15 lain cedera, termasuk aparat keamanan, dalam lima serangan terpisah di Irak, Senin, kata sejumlah pejabat keamanan dan medis.
Seorang pria Syiah dan putranya tewas dan empat anggota keluarga mereka cedera ketika gerilyawan meledakkan bom di sekitar rumah mereka di Baquba, ibu kota provinsi Diyala, sebelah utara Baghdad, lapor AFP.
"Orang-orang bersenjata tak dikenal meledakkan rumah satu keluarga Syiah di Baquba pusat, yang menewaskan pemilik rumah dan putranya, dan mencederai empat anggota keluarga itu," kata seorang mayor polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Seorang dokter di rumah sakit umum Baquba mengatakan, pihaknya menerima dua mayat dan merawat empat orang yang cedera.
Juga di Baquba, orang-orang bersenjata yang menggunakan pistol membunuh seorang warga sipil di pusat kota tersebut, kata mayor polisi itu. Dokter mengkonfirmasi kematian itu.
Di Baghdad, sebuah bom meledak di dalam minibus di Kadhimiyah di wilayah utara ibu kota Irak tersebut, menewaskan seorang warga sipil dan mencederai empat orang, kata seorang polisi.
Dua pemboman lain di Baghdad selatan dan Iskandiriyah, daerah sebelah selatan ibu kota Irak itu, mencederai tujuh orang, termasuk dua polisi dan dua prajurit, kata beberapa pejabat.
Irak dilanda kekerasan yang menewaskan puluhan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Para ulama Sunni memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan Irak dengan membawa spanduk yang mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.
Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada Senin (19/12) setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jendral Adel Daham mengatakan pada jumpa pers, pengakuan para tersangka yang diidentifikasi sebagai pengawal Hashemi mengaitkan wakil presiden tersebut dengan pembunuhan-pembunuhan dan serangan.
Surat perintah penangkapan itu ditandatangani oleh lima hakim, kata Daham.
Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.
Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.
Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki.
Presiden wilayah otonomi Kurdi Irak Massud Barzani menyerukan perundingan darurat untuk mencegah runtuhnya pemerintah persatuan nasional, dengan memperingatkan bahwa "keadaan sedang mengarah ke krisis yang dalam".
Barzani sendiri bersitegang dengan pemerintah Maliki dan menuduh PM Irak itu bergerak ke arah kediktatoran dengan "membunuh proses demokrasi" setelah ketua komisi pemilu Irak ditangkap atas tuduhan korupsi.
Pemimpin Kurdi itu menentang penjualan pesawat tempur F-16 AS kepada Irak bila Maliki masih menjadi PM, karena ia khawatir pesawat-pesawat itu akan digunakan untuk menyerang Kurdistan.
Irak akan menerima 24 dari 36 jet tempur F-16 yang dipesannya dari AS pada awal 2014, kata seorang pejabat tinggi Irak kepada Reuters, Minggu (29/4). (M014)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment