SRC:www.antaranews.com
Baghdad (ANTARA News) - Orang-orang bersenjata menembak mati seorang ayah, ibu dan sedikitnya tiga anak mereka, Jumat, sementara seorang suami dan istrinya dibunuh dalam serangan terpisah, kata beberapa pejabat keamanan dan medis.
Orang-orang bersenjata yang memakai seragam militer menyerbu sebuah rumah di Mahmudiyah, 30 kilometer sebelah selatan Baghdad, dan menembak mati orang-tua dan tiga anak mereka, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri, lapor AFP. Satu sumber medis di Mahmudiyah mengatakan, rumah sakit di kota
itu menerima mayat delapan anggota keluarga Syiah -- seorang pria,
seorang wanita dan enam anak yang berusia antara empat dan 14 tahun.
Mereka semua ditembak di kepala.
Mahmudiyah adalah kota yang berpenduduk campuran Syiah dan Sunni dan dulu menjadi markas gerilyawan Sunni.
Orang-orang bersenjata juga menyerang sebuah rumah di Saadiyah
dekat Khanaqin, 150 kilometer sebelah timurlaut Baghdad, menewaskan
Mohsen Hassan, seorang anggota partai komunis Irak, dan istrinya, Shahad
Ahmed, kata seorang letnan kolonel polisi dan seorang dokter di rumah
sakit Baquba.
Partai komunis dulu termasuk yang terkuat di daerah itu namun
kemudian dihancurkan oleh Saddam Hussein, presiden Irak yang digulingkan
dan kemudian dieksekusi.
Serangan-serangan terakhir itu terjadi hanya dua hari setelah
gelombang pemboman dan penembakan menewaskan 72 orang dan mencederai
lebih dari 250 selama perayaan Syiah di Irak.
Kekerasan di Irak turun dari puncaknya pada 2006 dan 2007, namun
serangan-serangan masih terus terjadi. Menurut data pemerintah, 132
orang Irak tewas pada Mei.
Irak dilanda kekerasan yang menewaskan ratusan orang dan kemelut
politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18
Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan
Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember
mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan
terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak.
Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Para ulama Sunni memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong
perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan Irak dengan
membawa spanduk yang mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.
Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi
Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada Senin (19/12) setelah mereka
memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jendral Adel
Daham mengatakan pada jumpa pers, pengakuan para tersangka yang
diidentifikasi sebagai pengawal Hashemi mengaitkan wakil presiden
tersebut dengan pembunuhan-pembunuhan dan serangan.
Surat perintah penangkapan itu ditandatangani oleh lima hakim, kata Daham.
Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap
dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa
orang yang kini ditahan.
Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah
otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak
menyerahkannya ke Baghdad.
Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki.
Presiden wilayah otonomi Kurdi Irak Massud Barzani menyerukan
perundingan darurat untuk mencegah runtuhnya pemerintah persatuan
nasional, dengan memperingatkan bahwa "keadaan sedang mengarah ke krisis
yang dalam".
Barzani sendiri bersitegang dengan pemerintah Maliki dan menuduh
PM Irak itu bergerak ke arah kediktatoran dengan "membunuh proses
demokrasi" setelah ketua komisi pemilu Irak ditangkap atas tuduhan
korupsi.
Pemimpin Kurdi itu menentang penjualan pesawat tempur F-16 AS
kepada Irak bila Maliki masih menjadi PM, karena ia khawatir
pesawat-pesawat itu akan digunakan untuk menyerang Kurdistan.
Irak akan menerima 24 dari 36 jet tempur F-16 yang dipesannya
dari AS pada awal 2014, kata seorang pejabat tinggi Irak kepada Reuters,
Minggu (29/4). (M014)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment