SRC:www.antaranews.com
Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Parahyangan (ISSEMU) 2009-2012 (Dokumentasi ISSEMU/Pras)
Jakarta (ANTARA News) - Kisah empat pendaki Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Parahyangan (ISSEMU) yang berhasil menapaki tujuh puncak dunia dan menjadi The Seven Summiteers (pendaki tujuh puncak dunia) pertama Indonesia dituangkan dalam buku "Menapak Tiang Langit: Pendakian 7 Puncak Benua".Keempat pendaki yang terdiri atas Sofyan Arief Fesa (29), Xaverius Frans (25), Broery Andrew Sihombing (23), dan Janatan Ginting (23), telah membuat Indonesia menjadi negara ke-53 dunia yang memiliki The Seven Summiteers.
Mereka sudah mendaki puncak Carstenz Pyramid (4.884 mdpl) di Indonesia, Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Afrika, Elbrus (5.642) di Rusia, Vinson Massif (4.889 mdpl) di Antartika.
Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina, Everest (8.848 mdpl) di Nepal dan Denali (6.194 mdpl) di Alaska juga telah mereka tapaki.
"Buku ini rangkuman kisah pendakian mereka mencapai tujuh puncak dunia. Kalau buku sebelumnya hanya garis besar pencapaian mereka di Vinson Massif dan Aconcagua," kata Agung Max Pribadi, penulis buku "Menapak Tiang Langit: Pendakian 7 Puncak Benua", di Jakarta, Kamis.
Buku setebal 199 halaman itu menggambarkan keindahan puncak-puncak tak bernama pengawal Carstenz Pyramid serta mengisahkan pengalaman para pendaki mengantri untuk menggapai Everest, melalui medan rockfall untuk mencapai Atap Afrika, dan membuka jalur baru di Elbrus yang dinamai "Indonesia Road."
"Penemuan jalur itu awalnya tidak sengaja saat kami ingin mendaki Elbrus lewat jalur yang tidak biasa, yakni dari utara. Akhirnya kita bikin sendiri, kita bedah peta," jelas Ketua Tim, Sofyan Arief Fesa.
"Waktu di Denali saya jatuh ke jurang es, sampai hilang separuh badan. Tetapi saya tertahan oleh tali yang masih menggantung di badan," kata anggota pendaki termuda, Broery Andrew Sihombing.
"Di Argentina kami memasang lagu kopi dangdut, membuat ramai basecamp. Waktu itu pas tahun baru," kata Janatan Ginting.
Buku itu juga menggambarkan bagaimana Mahitala Unpar membuat manajemen ekspedisi fleksibel dalam tim kecil yang bergerak efektif dan efisien mengelola dana Rp8 milyar dengan target mendaki tujuh puncak dunia dalam sekali kunjungan. M047
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment