SRC:www.antaranews.com
Quito (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai bahwa Indonesia dapat menjadi pintu gerbang kerja sama Asia dan Amerika Latin mengingat kedua kawasan memiliki potensi kerja sama yang cukup besar.
"Indonesia tepat untuk menjadi pintu gerbang Asia dan Amerika Latin. Ekuador juga bisa menggunakan Indonesia untuk menjalin hubungan dengan lebih dekat dengan Asia Timur," kata Presiden Yudhoyono dalam keterangan persnya bersama Presiden Ekuador, Rafel Correa Delgado di Istana Presiden Carondelet, Quito, Sabtu waktu setempat atau Minggu WIB.
Menurut Presiden, hubungan bilateral Indonesia-Ekuador juga dapat memperkuat kerja sama Trans Pasifik.
Sementara itu ,Presiden Ekuador, Correa mengatakan peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Ekuador akan mendekatkan dua budaya, Amerika Latin dan Asia, yang di kemudian hari akan memperkuat kerja sama Selatan-Selatan.
Komitmen Presiden Correa untuk mendorong kerja sama Asia dan Amerika Latin terlihat dari keputusannya untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia tidak lama setelah dilantik pada 2007.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak pengalaman di sektor-sektor strategis, misal perminyakan, pertambangan dan telekomunikasi.
"Ekuador saat ini ingin mengembangkan sektor pertambangan, terutama emas dan tembaga dimana Indonesia punya pengalaman luas," katanya.
Pada kesempatan itu kedua negara juga menandatangani dua nota kesepahaman yaitu MoU kerja sama perdagangan dan investasi yang ditandatangani Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Menteri Luar Negeri, Perdagangan, dan Integrasi Ekuador Ricardo Patino Aroca. Kemudian MoU kegiatan bersama untuk meningkatkan komunikasi dan konsultasi bilateral yang ditandatangani oleh Menlu Marty Natalegawa dan Menlu Ekuador Ricardo Patino Aroca.
Presiden Yudhoyono dan Presiden Correa juga menandatangani sampul peringatan dalam rangka kunjungan Presiden RI ke Ekuador.
Hubungan diplomatik RI-Ekuador dibuka pada 29 April 1980. Indonesia membuka kantor kedutaan di Quito, ibukota Ekuador, pada 11 November 2010, namun Dubes Saut Maruli Gultom baru resmi menempati posnya pada 15 Maret 2012. Sedangkan Dubes Ekuador untuk Indonesia Alberto Calderon Ledesma resmi diangkat pada 1 Februaru 2010.
Indonesia-Ekuador telah memiliki sejumlah perjanjian kerja sama, antara lain di bidang ekonomi dan teknik (2005), pertukaran nota pembentukan komisi bersama (2006), MoU pembentukan konsultasi bilateral (2006), MoU kerja sama energi dan pertambangan (2006), dan MoU kerja sama telekomunikasi (2006).
Kedua negara juga memiliki MoU kerja sama antara pusat pendidikan dan pelatihan Kementerian Luar Negeri RI dan Akademi Diplomatik Ekuador (2006), MoU kerja sama kebudayaan (2006), dan MoU pertukaran nota pemberian bebas visa bagi pemegang paspor biasa (2008).
Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan tersebut, antara lain, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menlu Marty Natalegawa, Mendag Gita Wirjawan, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.
(G003)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment