SRC:www.antaranews.com
Banjarmasin (ANTARA News) - Perwakilan Forum Lingkar Pena (FLP) Kalimantan Selatan menyatakan keberatan atas anggapan bahwa buku-buku yang ditulis oleh komunitasnya berbau porno.
Keberatan itu disampaikan oleh pengurus FLP dalam pertemuan dengan anggota Komisi IV bidang kesra DPRD Kalsel, yang juga membidangi pendidikan, di Banjarmasin, Senin.
Di hadapan wakil-wakil rakyat tingkat provinsi yang terdiri 13 kabupaten/kota dan kini berpenduduk mencapai 3,6 juta jiwa itu, Humas FLP Kalsel Haris menyatakan, keberatan kalau buku-buku bacaan yang ditulis komunitasnya dinilai sebagai buku porno.
Sebagai contoh, buku dengan judul "Ada Duka Di Wibeng," menurut juru bicara FLP Kalsel, bacaan yang diperuntukan bagi remaja itu cukup Islami dan bukan porno.
"Namun oleh karena membacanya tidak sampai tuntas dan tanpa analisa, sehingga dengan mudah menganggap buku tersebut porno," lanjut pegawai Pemerintah Kota Banjarmasin, yang menggunakan baju Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) FLP itu.
Ia menyatakan, FLP Kalsel pun menyayangkan, buku bacaan yang semestinya diperuntukan bagi remaja itu sampai masuk ke sekolah dasar (SD) sehingga menimbulkan persoalan.
Menanggapi persoalan tersebut, sejumlah anggota Komisi IV DPRD Kalsel, berpendapat buku seperti yang berjudul Ada Duka Di Wibeng, yang ditulis Jazimah Al Muhji dari FLP itu, tidak layak untuk bacaan anak-anak SD.
Sebagai contoh dalam buku Ada Duka Di Wibeng halaman 93 tertulis judul "Asal Mau Sama Mau? sementera isinya berceritera tentang seks, sehingga menimbulkan multi tafsir.
Oleh sebab itu, selayaknya buku-buku seperti Ada Duka Di Wibeng terbitan Eranovfis atau sejenisnya, ditarik dari perpusatakaan sekolah SD di Kalsel, karena tidak sejalan dengan nuansa masyarakat yang agamis.
Menurut Habib Sayid Hasan Al Habsyie, anggota Komisi IV DPRD Kalsel, kalimat Asal Mau sama Mau? itu, penafsiranya bisa cenderung kearah pergaulan seks bebas, yang jelas-jelas Islam melarangnya.
Bahkan, politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menuding, tidak tertutup kemungkinan buku-buku yang berbau porno sengaja dibuat dan diedarkan atas penguasaan pemikiran Yahudi.
"Penulis hendaknya jangan mementingkan keilmuan atau kepintarannya saja, terlebih karena faktor duit. Tapi juga harus berpikir dampaknya ke depan terhadap generasi muda yang baru tumbuh, seperti anak-anak SD," ujarnya.
"Sebab tidak tertutup kemungkian, dengan pemikirannya yang dianggap `berlian` dan melalui jalur Islam liberal, mau menghancurkan generasi muda Islam, antara lain menyajikan bacaan populer," demikian Habib Hasan.
Sedangkan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalsel Budiman Mustaf dari PKS, menyatakan, pihaknya akan memanggil Dinas Pendidikan setempat, guna membicarakan permasalahan buku bacaan anak-anak SD tersebut.
Sebelumnya, Nasrullah AR, anggota Komisi IV DPRD Kalsel dari Partai Persatuan Pembangunan, meminta, Dinas Pendidikan setempat agar menarik buku-buku bacaan yang dianggap porno dari sekolah.
Buku bacaan yang dianggap porno dan mendapat klarifikasi Pengurus FLP Kalsel, antara lain Ada Duka Di Wibeng, Tidak Hilang Sebuah Nama, Kembalinya Si Burung Camar dan Meniti Hari di Ottawa.
(ANTARA)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment