SRC:www.antaranews.com
Gencatan senjata antara pihak yang bertikai di Suriah terjadi jam 06.00 pagi, waktu Damaskus. (thehindu.com)
Damaskus (ANTARA News) - Pertumpahan darah terbaru di Suriah pada Kamis menewaskan sedikitnya empat orang, yang menguji rencana susah payah gencatan senjata, yang seharusnya berlaku pada fajar.
Pihak oposisi menyatakan, pasukan penguasa menewaskan tiga warga dan menangkap puluhan orang bertentangan dengan usaha utusan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan untuk menghentikan semua gerakan tentara dan menarik pasukan dari kota besar dan kecil, lapor AFP.
Televisi negara menyatakan "teroris bersenjata" --istilah untuk pemberontak-- menewaskan satu tentara dan melukai 24 orang serta menuduh lawan sengaja merusak gencatan senjata.
Annan -juru damai bagi Liga Arab dan Perserikatan Bangsa-Bangsa- dijadwalkan memberi keterangan pada pukul 13.30 GMT (22.30 WIB) lewat konferensi video kepada anggota Dewan Keamanan Perserikatan bangsa-Bangsa tentang penerimaan kedua pihak atas rencananya mengakhiri pertumpahan darah, yang badan dunia tersebut perkiraan menewaskan lebih dari 9.000 orang sejak Maret 2011.
Lawan Dewan Negara Suriah (SNC) menyatakan pusat pertumpahan darah pada Kamis itu adalah daerah pusat panas Hama, yang sejak lama menjadi pusat perbedaan pendapat dengan pemerintah Presiden Bashar Assad.
"Kami memiliki bukti nyata, video dan foto bahwa senjata berat masih di daerah berpenduduk, kadang-kadang hanya dipindahkan," kata kepala urusan luar negeri dewan itu, Basma Qoudmani, yang menuntut pasukan penguasa tidak hanya melakukan gencatan senjata, tapi menarik diri dari pusat unjukrasa.
Qoudmani menyeru unjukrasa damai di seluruh Suriah untuk menguji kesiapan pemerintah menerima pertunjukan perbedaan pendapat umum.
"Uji sesungguhnya akan terlihat apakah ada tembakan atau tidak ketika orang berunjukrasa," katanya.
Media pemerintah menuduh lawan merusak gencatan senjata, yang lama ditunggu, menuding pemberontak membom bus mengangkut pasukan ke markas mereka di kota terbesar kedua di Suriah, Aleppo.
"Kelompok teroris bersenjata menggunakan peledak menyasar bus pengangkut perwira dan bintara ke markas mereka di Aleppo. Serangan itu menewaskan seorang letnan kolonel dan melukai 24 orang lain pada pukul 08.00 am (12.00 WIB), kata kantor berita resmi SANA.
Televisi pemerintah menyatakan kelompok bersenjata itu meningkatkan kejahatan untuk mengguncang Suriah dan menggagalkan rencana (Annan) tersebut, yang mulai berlaku pada pukul 18.00 (10.00 WIB).
Di antara sekutu Suriah, Cina menyambut keputusan penguasa itu menegakkan gencatan senjata terpadu dan menggambarkannya sebagai langkah menuju penyelesaian politik. Rusia menyeru lebih banyak waktu.
Hanya beberapa jam sebelum tenggat tercapai, tentara melancarkan serangan mematikan terhadap pusat unjukrasa, menewaskan 25 warga pada Rabu, termasuk 10 di kubu pemberontak Rastan, kata kelompok pemantau berpusat Inggris, Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Susan Rice menyatakan pemerintah Assad meningkatkan kekerasan sejak pertama kali sepakat dengan rencana enam pasal Annan pada 1 April.
Rencana Annan menyeru penarikan pasukan dari wilayah kota, penghentian pertempuran, gencatan senjata dua jam sehari untuk kemanusiaan, pembebasan tahanan kesewenang-wenangan, kebebasan bergerak bagi wartawan dan hak berunjukrasa.
SNC menyatakan pihaknya dan Tentara Pembebasan Suriah, kekuatan terutama dari tentara pembelot, sepakat untuk gencatan senjata, tapi meragukan tekad penguasa.
Kepala SNC Burhan Ghalioun mengajak warga berunjukrasa, karena hak melakukan itu adalah titik asasi rencana Annan.
Ia mendesak masyarakat antarbangsa memantau penerapannya secara penuh, terutama hak berunjukrasa, dan memberi sarana untuk melindungi warga jika penguasa melanggar rencana tersebut.
Menjelang gencatan senjata itu, menteri luar negeri Kelompok Delapan negara besar bertemu di Washington untuk membicarakan Suriah dan kemelut lain dunia, dengan Inggris dan Prancis mendesak pemantau menilai gencatan senjata.
Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe menyeru Dewan Keamanan membentuk kelompok pengamat, yang menilai kepatuhan dan dapat bergerak bebas tanpa campur tangan pemerintah Assad.
Rusia adalah pendukung utama Assad dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menyatakan akan menekan Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov mengenai kemelut itu.
Lavrov menyatakan beberapa negara Arab dan Barat menyatakan rencana perdamaian Annan gagal, bahkan sebelum diberlakukan, dan menyeru mereka menggunakan pengaruh pada pemberontak untuk menghindari kelanjutan kerusuhan.
Di Beijing, jurubicara kementerian luar negeri Liu Weimin menyatakan tekad Suriah pada gencatan senjata itu akan membantu meredakan ketegangan di Suriah dan langkah penting menuju penyelesaian politik.
Moskow, yang bersama Cina memveto dua resolusi Dewan Keamanan untuk menekan Assad, memperjuangkan rencana perdamaian Annan, tapi juga berusaha menekan lawan. (B002/Z002)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment