SRC:www.antaranews.com
NASA (istimewa)
permintaan Amerika Serikat untuk mendirikan pusat tanggap bencana di pangkalan U-Tapao, yang meliputi Chon Buri dan Provinsi Rayong, dan NASA menggunakan bandara itu untuk melakukan studi atmosfer.Bangkok (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Thailand Surapong Tovichakchaikul Kamis mengatakan Badan Antariksa dan Aeronautika Nasional AS (NASA) akan menarik rencananya menggunakan bandara U-Tapao Thailand untuk studi atmosfer jika tidak ada keputusan pemerintah Thailand pada 26 Juni.
Menteri luar negeri Thailand menyampaikan pernyataan tersebut atas permintaan Amerika Serikat untuk mendirikan pusat tanggap bencana di pangkalan U-Tapao, yang meliputi Chon Buri dan Provinsi Rayong, dan NASA menggunakan bandara itu untuk melakukan studi atmosfer. Demikian diberitakan TNA yang dipantau oleh ANTARA News di Jakarta, Jumat.
Langkah Amerika Serikat memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat Thailand karena alasan keamanan dan kabinet Yingluck memutuskan menunda pertimbangan permintaan tersebut sampai penelitian lebih lanjut tentang dampak permintaan tersebut diselesaikan.
Surapong mengatakan, ia telah menerima surat dari kedutaan besar AS di Bangkok yang menyatakan bahwa NASA akan menangguhkan rencananya untuk menggunakan bandara itu jika pemerintah Thailand tidak menjawab pada 26 Juni, karena pelaksanaan proyek itu dijadwalkan pada Agustus dan September.
Surat itu menyatakan Amerika Serikat memahami situasi yang merupakan masalah dalam negeri Thailand, kata menteri. Surapong memperingatkan bahwa Thailand akan kehilangan manfaat dan pengetahuan jika NASA menarik proyek, dan langkah tersebut juga akan mempengaruhi citra negara di masyarakat dunia.
Singapura dan Kamboja memberi lampu hijau untuk NASA bagi penggunaan wilayah udara mereka. Sementara China juga tidak keberatan.
Apa yang Thailand akan dapatkan dari proyek ini adalah pengetahuan ilmiah dan informasi mengenai kualitas dan sifat yang negara tidak pernah miliki. Mengenai kekhawatiran atas keamanan nasional, menteri luar negeri menegaskan kembali bahwa 18 badan keamanan yang bersangkutan mengakui masalah ini dan pemerintah juga memberikan pentingnya kerja sama dengan negara lain, terutama yang berfokus pada kepentingan publik.
Menteri luar negeri mengatakan bahwa Badan Geo-Informatika dan Pengembangan Teknologi Antariksa Nasional Thailand menandatangani rencana dengan NASA pada 28 September 2010, selama pemerintahan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva.
Pemerintah saat ini telah meminta kepada pemerintah AS pada 15 Februari 2012 untuk menanyakan apakah negara-negara tetangga Thailand akan membuka langit mereka untuk pesawat NASA.
Pada 17 April, kedutaan Amerika menegaskan kembali bahwa proyek NASA adalah tentang ilmu pengetahuan, sedangkan Singapura dan Kamboja sepakat untuk membuka wilayah udara mereka untuk pesawat NASA.
Kemudian, kementerian luar negeri memutuskan untuk mengajukan permintaan untuk mempertimbangkan masalah tersebut di dalam sidang kabinet.
(H-AK)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment